Wednesday, January 07, 2009

Manajemen Pengamanan Mandiri di Kompleks Perumahan

Sekelompok anak muda bergaya preman menerobos ke dalam kawasan suatu perumahan elite dan memaksa meminta uang kepada penghuni perumahan yang pintu rumahnya sedang dalam keadaan terbuka. Bisa dibayangkan, betapa kaget dan marahnya warga di perumahan itu. Beberapa warga bahkan kontan menelepon kantor pengelola perumahan untuk menyatakan kekesalannya. Mereka merasa kehilangan rasa aman dan kenyamanan mereka terusik. Padahal selama ini mereka membayar iuran yang cukup mahal untuk penjagaan dan pengamanan.

Petugas keamanan yang berjumlah tiga orang ternyata masih berada di pos mereka yang merupakan akses tunggal perumahan tersebut. Lalu, bagaimana hal ini bisa terjadi? Lewat jalur mana "preman-preman" itu memasuki area perumahan?

Setelah diusut, ternyata rombongan pelaku "pemerasan" di perumahan itu dipimpin oleh keponakan salah seorang petugas keamanan yang bertugas saat itu. Sang petugas membiarkannya "lewat" karena hubungan kekerabatan semata.

Tanggung jawab
Kasus seperti itu sering dijumpai di banyak perumahan di berbagai kota besar Indonesia. Hanya lantaran hubungan kekeluargaan, seorang petugas keamanan di kantor, di perumahan, ataupun di pabrik membuang dan menanggalkan tanggung jawabnya begitu saja. Padahal harta dan nyawa yang mesti dilindunginya bisa hilang dengan mudahnya akibat sikap yang tidak bertanggung jawab itu. Tanggung jawab adalah kunci dalam tugas pengamanan. Inilah inti yang harusnya jadi syarat utama dalam manajemen perekrutan tenaga satuan pengaman. Pada banyak kasus penerimaan tenaga keamanan disuatu perumahan, pengembang umumnya lebih mengarah pada penduduk di sekitar lahan perumahan yang akan dibangun karena pertimbangan banyak hal. Biasanya dipilih dari beberapa golongan, seperti, para jagoan (preman) atau tokoh masyarakat sekitar lokasi perumahan itu. Faktor inilah yang selalu menggeser masalah moral (tanggung jawab) ke urutan di belakangnya. Tak perlu heran jika kemudian yang didapat adalah tenaga keamanan yang tidak "aman".

Pengeluaran
Sesungguhnya berapa pengeluaran yang mesti dibayarkan setiap bulannya untuk suatu pengamanan yang layak di suatu kawasan perumahan? Jawabannya adalah tergantung dari "kelas" perumahan itu sendiri. Semakin "borju" suatu kawasan perumahan, semakin tinggi pula iuran keamanan yang ditarik. Sebagai bayangan, penghuni perumahan kelas menengah di setiap kota besar setidaknya harus menyediakan Rp 200.000-an setiap bulan. Bisa diperkirakan berapa iuran keamanan suatu perumahan super elite di Jakarta. Biaya ekstra yang dikeluarkan akan jauh lebih besar lagi jika Anda termasuk penghuni yang doyan pulang larut malam. Paling tidak Anda harus menyiapkan uang tip untuk petugas keamanan yang menjaga pos yang membukakan portal atau gerbang, kecuali Anda termasuk warga perumahan yang tidak paham "cara" berterima kasih.
Jadi, sesungguhnya biaya yang dikeluarkan memang cukup layak untuk menuntut jaminan keamanan yang memadai sebagai imbalannya. Toh banyak tenaga keamanan yang masa bodoh dan lupa bahwa selama ini hidupnya sekeluarga dibiayai oleh iuran warga perumahan tempatnya bekerja. Mereka lupa bahwa ditangan mereka pula diserahkan keselamatan jiwa dan harta benda para penghuni perumahan.

Manajemen moral
Manajemen pengamanan pada perumahan (terlebih perumahan elite) harusnya profesional dan tidak asal-asalan. Beberapa inisiatif perlu diupayakan untuk mencapai manajemen pengamanan yang berkualitas, misalnya, merekrut tenaga (karyawan) pengamanan yang memiliki pengetahuan cukup luas dengan pendidikan formal yang memadai, mencari tim pengamanan "jebolan" kepolisian atau TNI tentu lebih berwibawa, berpengalaman, dan mengerti soal hukum.
Di luar itu, pendapatan yang diberikan kepada tenaga pengamanan harus pula mencukupi dan menyejahterakan hidup mereka demi ketenangan dan kenyamanan mereka dalam melaksanakan pekerjaan. Dengan demikian, konsentrasi dan pikiran mereka akan lebih fokus pada tugas atau pekerjaan. Di atas itu semua, inisiatif yang paling penting ialah persoalan akhlak atau moral yang baik. Moral untuk bertanggung jawab terhadap tugas atau pekerjaan yang dijalani, moral untuk tidak mencari keuntungan dengan cara-cara melawan hukum, moral untuk taat hukum secara total, moral untuk tunduk dan berdedikasi penuh pada segala peraturan, kebijakan, dan tugas yang diberikan perusahaan kepadanya.

Mencari tempat tinggal yang nyaman dan aman adalah impian semua orang. Pilihan ini bahkan mengalahkan pilihan lain, semisal, kualitas bangunan atau desain eksklusif. Keamanan memegang poin paling tinggi saat seorang user menjatuhkan pilihan terhadap sebuah hunian yang akan ditempati. Mestinya pengembang juga jeli mengawasi soal ini, dan jika perlu, memanfaatkannya sebagai salah satu point seller yang ampuh.

Yoppy OL Pemerhati Masalah Rumah (Kompas)

No comments: