Kamis, 29 Mei 2008,
IndoPos
Ketakutan Sidoarjo akibat lumpur berangsur luntur. Dua tahun setelah semburan lumpur panas di Desa Renokenongo, Sidoarjo mulai bangkit.
Sejumlah terobosan baru dalam tataran konsep, kebijakan, maupun program di lapangan dipersiapkan. Salah satu di antaranya, tata ruang baru untuk menyiapkan wajah Sidoarjo masa depan. Tata ruang baru itu sedang dibahas Pemkab dan DPRD Sidarjo dengan melibatkan sejumlah pakar dan akademisi. Dalam rencana tata ruang dan wilayah baru itu, terjadi perubahan-perubahan peruntukan lahan maupun proyeksi pengembangan wilayah.
Menurut Bupati Sidoarjo Win Hendrarso, secara ekstrem wilayah Sidoarjo bisa dipilah menjadi Sidoarjo Barat dan Timur. Wilayah timur selama ini mendapat porsi perhatian lebih. Dia menyebutkan, anggaran belanja langsung dalam APBD sekitar Rp 500 miliar banyak terarah ke timur. Tahun-tahun berikutnya pembagian kue pembangunan itu akan dibuat merata sesuai dengan tuntutan perkembangan. "Ke depan, barat juga menjadi titik berat perhatian," terang Win.
Salah satu contoh riil tata ruang baru Sidoarjo ialah penentuan subsatuan wilayah pengembangan (SSWP). Kabupaten Sidoarjo akan dibagi lima SSWP.
SSWP 1 meliputi Kecamatan Waru, Gedangan, Sukodono, Taman, dan Sedati. Pusat pertumbuhan berada di Waru.
SSWP 2 meliputi Kecamatan Sidoarjo, Buduran, dan Candi. Pusat pengembangan berada di Kecamatan Sidoarjo.
SSWP 3 meliputi Kecamatan Porong, Jabon, Tanggulangin, Tulangan, dan Krembung dengan pusat pertumbuhan di Krembung. "Dulu pusat pertumbuhan berada di Porong. Setelah terjadi luapan lumpur ini, Krembung akan menjadi pusat pengembangan," terang Win.
SSWP 4 meliputi Kecamatan Krian, Balongbendo, Tarik, Prambon, dan Wonoayu. Pusat pengembangan berada di Krian.
SWWP 5 mencakup wilayah pesisir, yaitu mulai pesisir Kecamatan Sedati, Buduran, Sidoarjo, Candi, Porong, Tanggulangin, dan Jabon. Pusat pengembangan berada di Candi.
Wilayah pesisir itu membentang dengan garis pantai sepanjang sekitar 27 kilometer. Wilayah tersebut selama ini menjadi pengembangan budi daya perikanan. Ke depan, kawasan pesisir itu bakal disulap menjadi kota pelabuhan dan pariwisata.
Win menyatakan makin mantap mengembangkan kawasan pesisir karena terinspirasi moleknya Kota Dubai, ibu kota Unit Emirat Arab. Kota yang berhadapan dengan pantai itu mampu menjadi kota pesisir berkelas internasional dengan pemandangan gemerlap. "Tugas kita memfasilitas investor seluas-luasnya demi kemajuan Sidoarjo," kata Win.
Selain lima SSWP tersebut, lanjut Win, Sidoarjo memproyeksikan rencana khusus yang terfokus untuk kawasan tertentu. Yaitu, kawasan agropolitan (kota yang bertumpu pada kegiatan pertanian), gemapolis (kota yang bertumpu pada industri perhiasan), perumahan kawasan pesisir, dan water front city (kota dengan latar depan sungai).
Kawasan agropolitan itu meliputi kawasan agropolitan pangan. Lokasinya, wilayah Sidoarjo Barat, seperti Desa Jeruklegi dan Penambangan, Kecamatan Balongbendo; Desa Kedungsugo, Kecamatan Prambon; Desa Tropodo, Kecamatan Krian; Desa Kalimati dan Kemuning, Kecamatan Tarik; serta Desa Mulyodadi, Kecamatan Wonoayu.
Kawasan agropolitan perikanan diplot untuk Sidoarjo Timur. Kawasan itu menghasilkan produk unggulan udang windu dan bandeng. Lokasinya meliputi beberapa desa di Kecamatan Sedati, Buduran, Sidoarjo, Candi, Porong, dan Tanggulangin.
Kawasan water front city direncanakan membentang mulai Desa Mlirip, Kecamatan Tarik, menyusuri sepanjang sungai hingga ke kecamatan lain, seperti Prambon dan Krembung. Kawasan tersebut diupayakan untuk mendukung penjagaan ekosistem setempat yang kerap dikeluhkan sebagai sasaran pencemaran pembuangan limbah pabrik.
Kawasan gemapolis diproyeksikan untuk Kecamatan Waru dan Sedati. Dua kecamatan tersebut bisa menjadi kawasan industri sekaligus perdagangan perhiasan berskala internasional. Win optimistis, proyeksi itu bisa cepat terwujud.
Apalagi, saat ini sudah membentang jalan tol simpang susun Waru-Juanda. Jalan tol itu akan memobilisasi investasi ke dua kecamatan tersebut. Tren investasi semakin sinkron dengan pengembangan perumahan wilayah pesisir, khususnya di Kecamatan Sedati.
Masuknya investor itu, menurut dia, tidak bisa dihindarkan. Hanya, investasi tersebut harus mampu memberdayakan warga sekitar pada aspek ketenagakerjaan dan kesejahteraan lingkungan.
Bisa jadi pada 2010, kawasan pesisir itu mulai bersinar seiring dengan masuknya investor. Win menyatakan, kondisi ekonomi makro akan positif. Sebab, tidak mungkin Sidoarjo memaksakan program skala mikronya tanpa memperhatikan kondisi ekonomi makro. (riq/nuq/roz)
IndoPos
Ketakutan Sidoarjo akibat lumpur berangsur luntur. Dua tahun setelah semburan lumpur panas di Desa Renokenongo, Sidoarjo mulai bangkit.
Sejumlah terobosan baru dalam tataran konsep, kebijakan, maupun program di lapangan dipersiapkan. Salah satu di antaranya, tata ruang baru untuk menyiapkan wajah Sidoarjo masa depan. Tata ruang baru itu sedang dibahas Pemkab dan DPRD Sidarjo dengan melibatkan sejumlah pakar dan akademisi. Dalam rencana tata ruang dan wilayah baru itu, terjadi perubahan-perubahan peruntukan lahan maupun proyeksi pengembangan wilayah.
Menurut Bupati Sidoarjo Win Hendrarso, secara ekstrem wilayah Sidoarjo bisa dipilah menjadi Sidoarjo Barat dan Timur. Wilayah timur selama ini mendapat porsi perhatian lebih. Dia menyebutkan, anggaran belanja langsung dalam APBD sekitar Rp 500 miliar banyak terarah ke timur. Tahun-tahun berikutnya pembagian kue pembangunan itu akan dibuat merata sesuai dengan tuntutan perkembangan. "Ke depan, barat juga menjadi titik berat perhatian," terang Win.
Salah satu contoh riil tata ruang baru Sidoarjo ialah penentuan subsatuan wilayah pengembangan (SSWP). Kabupaten Sidoarjo akan dibagi lima SSWP.
SSWP 1 meliputi Kecamatan Waru, Gedangan, Sukodono, Taman, dan Sedati. Pusat pertumbuhan berada di Waru.
SSWP 2 meliputi Kecamatan Sidoarjo, Buduran, dan Candi. Pusat pengembangan berada di Kecamatan Sidoarjo.
SSWP 3 meliputi Kecamatan Porong, Jabon, Tanggulangin, Tulangan, dan Krembung dengan pusat pertumbuhan di Krembung. "Dulu pusat pertumbuhan berada di Porong. Setelah terjadi luapan lumpur ini, Krembung akan menjadi pusat pengembangan," terang Win.
SSWP 4 meliputi Kecamatan Krian, Balongbendo, Tarik, Prambon, dan Wonoayu. Pusat pengembangan berada di Krian.
SWWP 5 mencakup wilayah pesisir, yaitu mulai pesisir Kecamatan Sedati, Buduran, Sidoarjo, Candi, Porong, Tanggulangin, dan Jabon. Pusat pengembangan berada di Candi.
Wilayah pesisir itu membentang dengan garis pantai sepanjang sekitar 27 kilometer. Wilayah tersebut selama ini menjadi pengembangan budi daya perikanan. Ke depan, kawasan pesisir itu bakal disulap menjadi kota pelabuhan dan pariwisata.
Win menyatakan makin mantap mengembangkan kawasan pesisir karena terinspirasi moleknya Kota Dubai, ibu kota Unit Emirat Arab. Kota yang berhadapan dengan pantai itu mampu menjadi kota pesisir berkelas internasional dengan pemandangan gemerlap. "Tugas kita memfasilitas investor seluas-luasnya demi kemajuan Sidoarjo," kata Win.
Selain lima SSWP tersebut, lanjut Win, Sidoarjo memproyeksikan rencana khusus yang terfokus untuk kawasan tertentu. Yaitu, kawasan agropolitan (kota yang bertumpu pada kegiatan pertanian), gemapolis (kota yang bertumpu pada industri perhiasan), perumahan kawasan pesisir, dan water front city (kota dengan latar depan sungai).
Kawasan agropolitan itu meliputi kawasan agropolitan pangan. Lokasinya, wilayah Sidoarjo Barat, seperti Desa Jeruklegi dan Penambangan, Kecamatan Balongbendo; Desa Kedungsugo, Kecamatan Prambon; Desa Tropodo, Kecamatan Krian; Desa Kalimati dan Kemuning, Kecamatan Tarik; serta Desa Mulyodadi, Kecamatan Wonoayu.
Kawasan agropolitan perikanan diplot untuk Sidoarjo Timur. Kawasan itu menghasilkan produk unggulan udang windu dan bandeng. Lokasinya meliputi beberapa desa di Kecamatan Sedati, Buduran, Sidoarjo, Candi, Porong, dan Tanggulangin.
Kawasan water front city direncanakan membentang mulai Desa Mlirip, Kecamatan Tarik, menyusuri sepanjang sungai hingga ke kecamatan lain, seperti Prambon dan Krembung. Kawasan tersebut diupayakan untuk mendukung penjagaan ekosistem setempat yang kerap dikeluhkan sebagai sasaran pencemaran pembuangan limbah pabrik.
Kawasan gemapolis diproyeksikan untuk Kecamatan Waru dan Sedati. Dua kecamatan tersebut bisa menjadi kawasan industri sekaligus perdagangan perhiasan berskala internasional. Win optimistis, proyeksi itu bisa cepat terwujud.
Apalagi, saat ini sudah membentang jalan tol simpang susun Waru-Juanda. Jalan tol itu akan memobilisasi investasi ke dua kecamatan tersebut. Tren investasi semakin sinkron dengan pengembangan perumahan wilayah pesisir, khususnya di Kecamatan Sedati.
Masuknya investor itu, menurut dia, tidak bisa dihindarkan. Hanya, investasi tersebut harus mampu memberdayakan warga sekitar pada aspek ketenagakerjaan dan kesejahteraan lingkungan.
Bisa jadi pada 2010, kawasan pesisir itu mulai bersinar seiring dengan masuknya investor. Win menyatakan, kondisi ekonomi makro akan positif. Sebab, tidak mungkin Sidoarjo memaksakan program skala mikronya tanpa memperhatikan kondisi ekonomi makro. (riq/nuq/roz)
No comments:
Post a Comment