Tuesday, May 26, 2009

Gunung lumpur = potensi migas

Laut Kaspia atau Laut Mazandaran merupakan sebuah laut yang terkurung daratan antara Asia dan Eropa. Laut ini merupakan kumpulan air terbesar di daratan, dengan luas permukaan 371.000 km², dan oleh karena itu memiliki karakteristik yang dimiliki oleh laut dan danau. Laut Kaspia sering digolongkan sebagai danau terbesar dunia, meskipun ia tidak mengandung air tawar.

Wilayah ini kaya akan cadangan migas dan masalah utamanya adalah perbatasan antara lima negara yang mengelilinginya.

Ketika wilayah Kaspia masih menjadi bagian dari negara Federasi Rusia, ternyata sudah sejak lama diincar oleh Amerika. Tidak mengherankan apabila Amerika berjuang mati-matian untuk merangkul negara-negara bekas Rusia di sekitar Laut Kaspia, yang belum sepenuhnya lepas dari komunisme. Bukan rahasia, hancurnya Rusia pada tahun 1991 langsung disikapi oleh sejumlah investor Amerika dengan berinvestasi ke negara-negara bekas Rusia ini, khususnya pada industri migas didaerah cekungan laut Kaspia.
Pada awal tahun 1990-an perusahaan-perusahaan migas barat berhasil menguasai hak untuk mengembangkan sejumlah proyek, seperti eksplorasi ladang minyak Tengiz di Kazakhstan, ladang Azeri-Chirag-Guneshi (ACG) di Azerbaijan, dan ladang gas alam Dauletabad di Turkmenistan.

Wilayah Laut Kaspia, memiliki cadangan minyak bumi / hidrokarbon yang sangat besar dan belum tersentuh. Cadangan gas terukur di Azerbaijan, Uzbekistan, Turkmenistan, dan Kazakhstan saja sudah lebih dari 236 triliun kaki kubik. Sedangkan total cadangan minyak bumi di wilayah itu kemungkinan lebih dari 60 miliar barrel. Cukup untuk melayani kebutuhan minyak Eropa selama 11 tahun. Bahkan, ada yang memperkirakan cadangan minyak bumi wilayah Kaspia mencapai 200 miliar barrel.

Di Azerbaijan mencari minyak di perut bumi relatif mudah. Cukup cari gunung lumpur yang berasal
dari semburan mud volcano maka hampir pasti di situ ada cadangan minyak. Di sana, gunung lumpur
memang dijadikan indikator adanya potensi hidrokarbon atau cadangan migas di perut bumi.
Tidak mengherankan apabila dikawasan Lokbatan – masih di Azerbaijan - yang memiliki banyak gunung lumpur, banyak pula dijumpai fasilitas penambangan minyak yang berdiri sejak 50 tahun yang lalu. Memang, di Azerbaijan dan juga di Laut Kaspia terdapat ratusan gunung lumpur.

"Daerah di sekitar mud volcano selalu kaya akan minyak," kata Adriano Mazzini, peneliti dari University of Oslo di Norwegia, yang beberapa waktu lalu datang meneliti fenomena gunung lumpur di Porong - Sidoarjo. Karena itu banyak ahli geologi yang justru mencari mud volcano untuk menemukan sumber minyak.

Apa hubungannya dengan Lumpur Lapindo?
Wilayah Jatim memang merupakan daerah yang memiliki konsentrasi gunung lumpur cukup besar dan karenanya terdapat potensi cekungan hidrokarbon yang besar pula. Selain di Porong, Sidoarjo, wilayah Jatim lainnya yang pernah menyembur lumpur adalah Gunung Anyar yang berjarak 30 km dari lokasi lumpur Porong. "Bahkan Bandara Juanda pun dibangun di atas area mud vulcano yang sudah mati. Keberadaan gunung lumpur tersebut sebenarnya sudah diketahui sejak tahun 1930-an. Itu bisa dilihat di peta Jawa Timur yang dibuat Pemerintah Belanda pada tahun 1938 yang mengidentifikasi gunung lumpur di daerah Pulungan dan Gunung Anyar. Belakangan diketahui pula ada gunung lumpur di Porong, Kabupaten Sidoarjo dan Bajul Tasek di Kabupaten Bangkalan (Madura).

Hal ini telah dibuktikan dengan keberadaan puluhan sumur minyak dan gas yang mengeksploitasi cekungan di muara Sungai Brantas, seperti lapangan migas milik Petrochina, Kondur, Santos, dan Lapindo. Situasi dampak psikologis pasca semburan Lumpur panas Sidoarjo yang telah menimbulkan rasa takut dari masyarakat dan rasa kurang nyaman dari industri migas terhadap upaya menemukan migas dengan melakukan pemboran eksplorasi, harus segera diantisipasi oleh semua pihak, antara lain melalui sosialisasi dan program-program pendidikan masyarakat.

Kesimpulan yang dapat diambil dari fenomena Semburan Lumpur Panas Sidoarjo setelah belajar dari pengalaman di wilayah Kaspia adalah, bagaimana mengelola sebuah bencana lumpur menjadi salah satu aset migas besar milik bangsa.

berbagai sumber

No comments: