Dari jauh, rumah Si A. terlihat sangat menarik. Desainnya minimalis modern, gaya yang sedang tren sekarang ini. Ada pula permainan garis-garis pada temboknya, yang serasi dengan pagar hitamnya. Tapi kalau dilihat lebih dekat lagi dan lagi… Anda pasti kecewa. Temboknya tak seindah desain rumahnya, penuh dengan bercak-bercak dan belang-belang seperti panu. Mau tahu sebabnya? Si biang keroknya tak lain adalah kelembaban.
Kelembaban, ibarat musuh dalam selimut bagi dinding. Banyak masalah yang timbul karena kelembaban itu. Pada struktur, kelembaban bias merusak struktur itu sendiri. Kalau terjadi pada kayu akan menyebabkan kayu itu menjadi lapuk. Nah, kalau kelembaban ada pada dinding, dinding bisa timbul noda putih. Ujung-ujungnya, lapisan cat dan plester mudah terkelupas.
Kenali Sumbernya
Sebelum mengatasinya, yang mesti kita lakukan terlebih dahulu adalah mengenali si penyebab kelembaban. Pada dasarnya, kelembaban di dinding bisa terjadi jika ada air yang masuk ke dalam pori-pori bahan pembentuk dinding (misalnya bata dan batako). Jika air tersebut tidak mendapatkan sinar matahari atau terhambat dalam pelepasannya, dia akan menetap di bata. Dinding pun menjadi lembab. Lalu, dari mana air itu berasal? Air yang terserap ke dalam dinding ini bisa berasal dari 5 jalur yang berbeda.
1. Air yang berasal dari proses konstruksi. Pada waktu membuat dinding, kita memerlukan sejumlah air untuk mencampur bahan-bahan. Jika pengeringan sempurna, dinding akan terhindar dari kelembaban. Untuk informasi, dalam pembangunan sebuah rumah berukuran sedang dibutuhkan air sebesar 4000 kg, dan benar-benar kering dalam waktu 1 tahun.
2. Air hujan yang masuk ke dalam bangunan. Ada beberapa celah yang memungkinkan air hujan masuk. Di atap, air bias masuk melalui dak beton yang bocor, karpus (bubungan) yang rusak, susunan genteng yang tidak benar (misalnya tidak rapat sehingga ada celah di antara genteng yang memungkinkan air lewat) atau bias juga melalui celah sambungan tembok dengan bangunan tetangga, atau bias juga dari bagian lain, misalnya dari tembok luar yang masih terbuka dan tidak dilapisi dengan bahan waterproofing. Bisa juga lewat sambungan kusen/ jendela pintu yang tidak rapat atau sealent pada kaca yang tidak rapat.
3. Air yang merembes dari tanah dan naik ke dinding melalui pondasi. Daya serap tanah yang rendah terhadap air hujan akibat kurangnya pepohonan menyebabkan air tanah merembes melalui celah-celah pondasi sehingga tembok menjadi lembab dan basah. Hal ini kerap terjadi pada saat musim hujan di mana permukaan air tanah cenderung menjadi lebih tinggi.
4. Kebocoran pada pipa air bersih dan air kotor. Kebocoran pada talang atau pipa pembuangan air hujan juga bisa menjadi penyebabnya. Jika ini terjadi , air akan menetes ke tembok dan lumut bias tumbuh dengan mudahnya.
5. Kebocoran pada saluran pembuangan air AC. Beberapa orang menanam saluran pembuangan air AC di dalam tembok. Jika sambungannya tidak sempurna atau mungkin terkena paku, air akan merembes ke dalam tembok dan menyebabkan tembok lembab.
Bagaimana Mengatasinya?
Dinding rumah yang lembab bisa dideteksi dengan indera kita. Kalau dinding terasa dingin saat disentuh tangan, itu artinya dinding memiliki kandungan air yang banyak. Jika sudah parah, dinding akan belang dan bisa tumbuh jamur dan lumut. Untuk mengatasi dinding yang lembab, rasanya gampang-gampang susah. Saat membangun rumah, kita bisa melakukan perencanaan yang baik sehingga tidah mudah meresap ke dinding.
* Buatlah bangunan lebih tinggi dari permukaan tanah di sekitarnya, kira-kira 20-30 cm. Ketinggian ini bisa menjauhkan dinding dari air yang mungkin menggenang di permukaan tanah di bawahnya.
* Untuk sloof, kamar mandi dan areal basah lainnya, buatlah trasraam (dinding bata dengan perekat adukan yang kedap air), biasanya dibuat dengan meningkatkan campuran semennya). Lebih baik lagi jika lapisan akhirnya adalah Mowilex Alcaproof sehingga perembesan air ke dalam dinding bias dicegah.
* Cegah kontak langsung dinding dengan air hujan. Caranya ialah dengan membuat overstek atau teritisan dengan lebar minimal 1,2 meter.
* Periksalah secara berkala pipa-pipa AC dan saluran air lainnya, sehingga kebocoran bisa dicegah.
Jika terjadi kebocoran , segera perbaiki! (tabloid rumah)
Kelembaban, ibarat musuh dalam selimut bagi dinding. Banyak masalah yang timbul karena kelembaban itu. Pada struktur, kelembaban bias merusak struktur itu sendiri. Kalau terjadi pada kayu akan menyebabkan kayu itu menjadi lapuk. Nah, kalau kelembaban ada pada dinding, dinding bisa timbul noda putih. Ujung-ujungnya, lapisan cat dan plester mudah terkelupas.
Kenali Sumbernya
Sebelum mengatasinya, yang mesti kita lakukan terlebih dahulu adalah mengenali si penyebab kelembaban. Pada dasarnya, kelembaban di dinding bisa terjadi jika ada air yang masuk ke dalam pori-pori bahan pembentuk dinding (misalnya bata dan batako). Jika air tersebut tidak mendapatkan sinar matahari atau terhambat dalam pelepasannya, dia akan menetap di bata. Dinding pun menjadi lembab. Lalu, dari mana air itu berasal? Air yang terserap ke dalam dinding ini bisa berasal dari 5 jalur yang berbeda.
1. Air yang berasal dari proses konstruksi. Pada waktu membuat dinding, kita memerlukan sejumlah air untuk mencampur bahan-bahan. Jika pengeringan sempurna, dinding akan terhindar dari kelembaban. Untuk informasi, dalam pembangunan sebuah rumah berukuran sedang dibutuhkan air sebesar 4000 kg, dan benar-benar kering dalam waktu 1 tahun.
2. Air hujan yang masuk ke dalam bangunan. Ada beberapa celah yang memungkinkan air hujan masuk. Di atap, air bias masuk melalui dak beton yang bocor, karpus (bubungan) yang rusak, susunan genteng yang tidak benar (misalnya tidak rapat sehingga ada celah di antara genteng yang memungkinkan air lewat) atau bias juga melalui celah sambungan tembok dengan bangunan tetangga, atau bias juga dari bagian lain, misalnya dari tembok luar yang masih terbuka dan tidak dilapisi dengan bahan waterproofing. Bisa juga lewat sambungan kusen/ jendela pintu yang tidak rapat atau sealent pada kaca yang tidak rapat.
3. Air yang merembes dari tanah dan naik ke dinding melalui pondasi. Daya serap tanah yang rendah terhadap air hujan akibat kurangnya pepohonan menyebabkan air tanah merembes melalui celah-celah pondasi sehingga tembok menjadi lembab dan basah. Hal ini kerap terjadi pada saat musim hujan di mana permukaan air tanah cenderung menjadi lebih tinggi.
4. Kebocoran pada pipa air bersih dan air kotor. Kebocoran pada talang atau pipa pembuangan air hujan juga bisa menjadi penyebabnya. Jika ini terjadi , air akan menetes ke tembok dan lumut bias tumbuh dengan mudahnya.
5. Kebocoran pada saluran pembuangan air AC. Beberapa orang menanam saluran pembuangan air AC di dalam tembok. Jika sambungannya tidak sempurna atau mungkin terkena paku, air akan merembes ke dalam tembok dan menyebabkan tembok lembab.
Bagaimana Mengatasinya?
Dinding rumah yang lembab bisa dideteksi dengan indera kita. Kalau dinding terasa dingin saat disentuh tangan, itu artinya dinding memiliki kandungan air yang banyak. Jika sudah parah, dinding akan belang dan bisa tumbuh jamur dan lumut. Untuk mengatasi dinding yang lembab, rasanya gampang-gampang susah. Saat membangun rumah, kita bisa melakukan perencanaan yang baik sehingga tidah mudah meresap ke dinding.
* Buatlah bangunan lebih tinggi dari permukaan tanah di sekitarnya, kira-kira 20-30 cm. Ketinggian ini bisa menjauhkan dinding dari air yang mungkin menggenang di permukaan tanah di bawahnya.
* Untuk sloof, kamar mandi dan areal basah lainnya, buatlah trasraam (dinding bata dengan perekat adukan yang kedap air), biasanya dibuat dengan meningkatkan campuran semennya). Lebih baik lagi jika lapisan akhirnya adalah Mowilex Alcaproof sehingga perembesan air ke dalam dinding bias dicegah.
* Cegah kontak langsung dinding dengan air hujan. Caranya ialah dengan membuat overstek atau teritisan dengan lebar minimal 1,2 meter.
* Periksalah secara berkala pipa-pipa AC dan saluran air lainnya, sehingga kebocoran bisa dicegah.
Jika terjadi kebocoran , segera perbaiki! (tabloid rumah)
No comments:
Post a Comment