JAKARTA-- Pemerintah ataupun pihak Lapindo harus berhati-hati menyikapi keluarnya minyak dari lumpur Lapindo, Sidoarjo, mulai sekarang hendaknya sudah melakukan monitoring pada kawasan itu.
"Saya yakin Lapindo memiliki orang-orang yang ahli di bidang pertambangan untuk menanganinya. Jangan sampai, masyarakat dibiarkan untuk menambang secara sembarangan," kata Pakar Geologi Agus Guntoro kepada wartawan, di Jakarta, Minggu. Kegiatan penambangan minyak harus dilakukan oleh ahlinya dan tidak boleh dilakukan oleh orang sembarangan. Harus dilakukan oleh institusi yang berpengalaman, tegas Agus.
Menurutnya, apabila kegiatan penambangan di daerah semburan itu dilakukan secara sembarangan oleh orang awam, maka minyak tersebut dikhawatirkan akan habis. Bila minyak habis, maka yang akan keluar adalah gas. "Jika gas yang keluar tentunya akan sangat membahayakan, sebab bisa meledak," ujar Agus. Agus memperkirakan, minyak yang keluar pada semburan lumpur Sidoarjo akan terjadi. Tapi minyak yang keluar perlu diteliti secara mendalam oleh para ahli.
Lebih lanjut Agus mengungkapkan, minyak yang keluar, karena menembus struktur yang besar sebagaimana dilihat dalam seismik.
"Zona patahan baru sampai dengan bagian bawahnya. Ketika air yang keluar sudah habis, maka minyaklah yang keluar. Kita harus tetap hati-hati kalau minyak yang keluar," ujar Agus.
Sementara Guru Besar Geologi ITB, Prof. Dr. Sukendar Asikin mengatakan, pihaknya telah beberapa kali menegaskan bahwa "mud volcano" adalah salah satu indikasi suatu cekungan yang mengandung minyak.
Jadi, katanya, suatu cekungan yang mengandung minyak adalah suatu yang tidak aneh. Karenanya, wajar apabila pihak Lapindo melakukan explorasi di daerah seperti itu. "Jadi, tidak ada yang membahayakan, bahkan hal itu sangat menguntungkan bagi pihak Lapindo," katanya.
Dikatakan Sukendar, pihak Lapindo melakukan pengemboran adalah untuk mencari minyak. Akan tetapi, karena adanya bencana alam, maka yang keluar adalah lumpur.
Jadi, sangat jelas bahwa tidak ada yang salah bagi pihak Lapindo dalam melakukan pengeboran. Sebab, ternyata memang benar di daerah itu terdapat minyak.
"Tapi, karena daerah itu sewaktu-waktu keluar lumpur, oleh sebab geologi maka lumpurlah yang keluar. Jadi, sangat jelas bahwa di daerah itu memang daerah minyak," ujarnya.
Lebih jauh Agus mengatakan, berbagai prospektif dapat terjadi dengan keluarnya kandungan minyak pada semburan lumpur Lapindo. Dengan keluarnya minyak pada semburan lumpur, maka sangat jelas tidak ada kaitannya dengan sumur, tetapi sebuah jalur lain, yaitu patahan.
Selain itu, juga menunjukkan asal dari kujung atau ngimbang sebagaimana "clay concent" yang ada di daerah tersebut.
"Jadi, sumur tidak ada konstribusi pada kedalaman 9230 kaki pada perut bumi. Artinya, minyak tidak terdapat dalam interval tersebut, tapi berada pada yang lebih dalam," ujarnya.
Menurut Agus, dengan kedalaman 9230 kaki pada perut bumi, pemboran tidak pernah menjumpai adanya minyak, baik secara litologi maupun kandungan fluida. Karenanya, dengan keluarnya minyak, maka sangat jelas tidak ada kaitannya dengan sumur. ant/fif
(By Republika Newsroom Minggu, 22 Maret 2009)
"Saya yakin Lapindo memiliki orang-orang yang ahli di bidang pertambangan untuk menanganinya. Jangan sampai, masyarakat dibiarkan untuk menambang secara sembarangan," kata Pakar Geologi Agus Guntoro kepada wartawan, di Jakarta, Minggu. Kegiatan penambangan minyak harus dilakukan oleh ahlinya dan tidak boleh dilakukan oleh orang sembarangan. Harus dilakukan oleh institusi yang berpengalaman, tegas Agus.
Menurutnya, apabila kegiatan penambangan di daerah semburan itu dilakukan secara sembarangan oleh orang awam, maka minyak tersebut dikhawatirkan akan habis. Bila minyak habis, maka yang akan keluar adalah gas. "Jika gas yang keluar tentunya akan sangat membahayakan, sebab bisa meledak," ujar Agus. Agus memperkirakan, minyak yang keluar pada semburan lumpur Sidoarjo akan terjadi. Tapi minyak yang keluar perlu diteliti secara mendalam oleh para ahli.
Lebih lanjut Agus mengungkapkan, minyak yang keluar, karena menembus struktur yang besar sebagaimana dilihat dalam seismik.
"Zona patahan baru sampai dengan bagian bawahnya. Ketika air yang keluar sudah habis, maka minyaklah yang keluar. Kita harus tetap hati-hati kalau minyak yang keluar," ujar Agus.
Sementara Guru Besar Geologi ITB, Prof. Dr. Sukendar Asikin mengatakan, pihaknya telah beberapa kali menegaskan bahwa "mud volcano" adalah salah satu indikasi suatu cekungan yang mengandung minyak.
Jadi, katanya, suatu cekungan yang mengandung minyak adalah suatu yang tidak aneh. Karenanya, wajar apabila pihak Lapindo melakukan explorasi di daerah seperti itu. "Jadi, tidak ada yang membahayakan, bahkan hal itu sangat menguntungkan bagi pihak Lapindo," katanya.
Dikatakan Sukendar, pihak Lapindo melakukan pengemboran adalah untuk mencari minyak. Akan tetapi, karena adanya bencana alam, maka yang keluar adalah lumpur.
Jadi, sangat jelas bahwa tidak ada yang salah bagi pihak Lapindo dalam melakukan pengeboran. Sebab, ternyata memang benar di daerah itu terdapat minyak.
"Tapi, karena daerah itu sewaktu-waktu keluar lumpur, oleh sebab geologi maka lumpurlah yang keluar. Jadi, sangat jelas bahwa di daerah itu memang daerah minyak," ujarnya.
Lebih jauh Agus mengatakan, berbagai prospektif dapat terjadi dengan keluarnya kandungan minyak pada semburan lumpur Lapindo. Dengan keluarnya minyak pada semburan lumpur, maka sangat jelas tidak ada kaitannya dengan sumur, tetapi sebuah jalur lain, yaitu patahan.
Selain itu, juga menunjukkan asal dari kujung atau ngimbang sebagaimana "clay concent" yang ada di daerah tersebut.
"Jadi, sumur tidak ada konstribusi pada kedalaman 9230 kaki pada perut bumi. Artinya, minyak tidak terdapat dalam interval tersebut, tapi berada pada yang lebih dalam," ujarnya.
Menurut Agus, dengan kedalaman 9230 kaki pada perut bumi, pemboran tidak pernah menjumpai adanya minyak, baik secara litologi maupun kandungan fluida. Karenanya, dengan keluarnya minyak, maka sangat jelas tidak ada kaitannya dengan sumur. ant/fif
(By Republika Newsroom Minggu, 22 Maret 2009)
No comments:
Post a Comment