Jawa Pos
Lumpur panas, ternyata, hanya sementara memengaruhi minat investor untuk wait and see masuk ke Sidoarjo. Seiring dengan pulihnya kembali minat itu, mereka melimpah lagi. Dinas Perizinan dan Penanaman Modal (DPPM) Sidoarjo mencatat, jumlah investasi yang masuk ke Sidoarjo terus meningkat hingga triwulan pertama 2008.
Humas DPPM Reddy Kusuma mengatakan, investasi yang masuk, antara lain, bergerak di bidang industri pengolahan, jasa, perdagangan, dan perumahan. Menurut dia, hingga triwulan pertama 2008, nilai investasi jenis usaha perdagangan mencapai Rp 476,87 miliar. Surat izin usaha perdagangan (SIUP) dan tanda daftar perusahaan (TDP) telah diterbitkan untuk 357 unit. "Mungkin pengusaha melihat prospek perdagangan cukup bagus," tambahnya.
Di sisi lain, investasi jasa mencapai Rp 3,75 miliar dengan tujuh unit usaha. Investasi lain adalah industri pengolahan yang mencapai Rp 425,39 miliar dengan 22 unit usaha. "Sebagian sudah mengurus lokasi ke Badan Pertanahan Nasional (BPN)," tutur Reddy.
Sayang, tren investasi yang membaik itu kurang ditunjang infrastruktur jalan. Khususnya, problem kemacetan kronis di Jl Raya Porong. Setelah luberan lumpur panas dan terputusnya jalur tol Porong-Gempol, Jl Raya Porong benar-benar jadi primadona dan urat nadi perekonomian di Jawa Timur. Padahal, kondisinya sangat parah, baik dari segi fisik maupun kapasitas.
Kemacetan berjam-jam selalu terjadi. Jalur alternatif Krian-Mojosari melalui Prambon masih membutuhkan dukungan jalur lain agar mampu melancarkan industri di wilayah Jawa Timur, khususnya di selatan dan timur, seperti Malang dan Pasuruan.
Mengantisipasi hal itu, Sidoarjo telah menyusun jalur khusus untuk memfasilitasi investor. Fasilitas jalan dibangun dengan berorientasi pada jalur distribusi ke dalam dan ke luar Sidoarjo. Sidoarjo akan membuka akses tol di dua titik.
Sebenarnya, dua titik akses tol itu merupakan bagian dari relokasi jalan tol Porong-Gempol yang disusun bersama pemerintah pusat setelah jalur tol tersebut tenggelam lumpur. Jalur tol Waru-Gempol akan direlokasi di sekitar kilometer 35 ke arah selatan. Pembebasan lahan sedang berjalan dengan target pembangunan fisik tuntas pada 2009.
Akses tol baru yang dibuka nanti tepatnya berada di Desa Kesambi, Porong. Jika akses baru itu terbangun, pintu tol Porong yang saat ini berada di kawasan Siring bergeser sekitar 2 kilometer ke arah barat. Di titik tol baru tersebut, akan dibuka interchange.
Menurut Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Bina Marga Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sidoarjo Bambang Joelianto, pembukaan interchange akan jadi akses penting bagi kawasan industri di wilayah timur, selatan, dan barat Sidoarjo. Sebab, jalur itu juga gampang diakses dari kawasan Pasuruan Industrial Estate Rembang (PIER), kawasan Jabon yang juga bakal jadi industrial estate, kawasan Ngoro industri Mojokerto, Krian, hingga ke kawasan industri Driyorejo di Gresik. "Sebagai penunjang, kami juga telah siap meningkatkan sejumlah jalan kolektor untuk fasilitas industri ini," ujar Bambang.
Akses tol kedua adalah interchange di Desa Masangan Wetan, Kecamatan Sukodono. Akses tol tersebut direncanakan untuk memfasilitasi jalur ekonomi dari kawasan utara dan barat. Dari jalan tol Waru, interchange jadi jalur alternatif langsung menuju kawasan Krian dan Driyorejo, Gresik. Titik interchange Sukodono itu juga sangat dekat dengan jalan arteri Taman dan Waru yang selama ini jadi jalur penting industri. "Apalagi jika tol Waru-Mojokerto terwujud, interchange Sukodono itu kian efektif," tambah Bambang.
Selain dua akses tol tersebut, lanjut dia, Pemkab Sidoarjo sudah menganggarkan sejumlah peningkatan jalan kolektor yang terintegrasi. Misalnya, tahun ini Jl Kesatrian, Buduran, akan dilebarkan hingga ke Krian. Jalan itu juga akan terhubung dengan peningkatan jalan lain yang sedang dikerjakan di perempatan Gedangan ke timur menuju Sedati.
Menurut Bambang, pembangunan dan peningkatan fasilitas jalan baru itu sebagian telah dimulai dengan anggaran dari APBD Sidoarjo, khususnya peningkatan jalan kolektor. Anggaran Rp 55 miliar tersebut diarahkan untuk pembangunan kawasan cepat tumbuh.
Pembiayaan pembangunan interchange di Kesambi, Porong, dan Masangan Wetan, Sukodono, telah disepakati dengan biaya APBN. Yaitu, melalui Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS). Sebab, pembangunan tersebut membutuhkan sejumlah pembebasan lahan yang anggarannya cukup besar. "Yang jelas, program itu merupakan prioritas sehingga tidak akan lama direalisasikan. Sebagian sudah kami mulai," ujarnya. (riq/nuq/roz)
Lumpur panas, ternyata, hanya sementara memengaruhi minat investor untuk wait and see masuk ke Sidoarjo. Seiring dengan pulihnya kembali minat itu, mereka melimpah lagi. Dinas Perizinan dan Penanaman Modal (DPPM) Sidoarjo mencatat, jumlah investasi yang masuk ke Sidoarjo terus meningkat hingga triwulan pertama 2008.
Humas DPPM Reddy Kusuma mengatakan, investasi yang masuk, antara lain, bergerak di bidang industri pengolahan, jasa, perdagangan, dan perumahan. Menurut dia, hingga triwulan pertama 2008, nilai investasi jenis usaha perdagangan mencapai Rp 476,87 miliar. Surat izin usaha perdagangan (SIUP) dan tanda daftar perusahaan (TDP) telah diterbitkan untuk 357 unit. "Mungkin pengusaha melihat prospek perdagangan cukup bagus," tambahnya.
Di sisi lain, investasi jasa mencapai Rp 3,75 miliar dengan tujuh unit usaha. Investasi lain adalah industri pengolahan yang mencapai Rp 425,39 miliar dengan 22 unit usaha. "Sebagian sudah mengurus lokasi ke Badan Pertanahan Nasional (BPN)," tutur Reddy.
Sayang, tren investasi yang membaik itu kurang ditunjang infrastruktur jalan. Khususnya, problem kemacetan kronis di Jl Raya Porong. Setelah luberan lumpur panas dan terputusnya jalur tol Porong-Gempol, Jl Raya Porong benar-benar jadi primadona dan urat nadi perekonomian di Jawa Timur. Padahal, kondisinya sangat parah, baik dari segi fisik maupun kapasitas.
Kemacetan berjam-jam selalu terjadi. Jalur alternatif Krian-Mojosari melalui Prambon masih membutuhkan dukungan jalur lain agar mampu melancarkan industri di wilayah Jawa Timur, khususnya di selatan dan timur, seperti Malang dan Pasuruan.
Mengantisipasi hal itu, Sidoarjo telah menyusun jalur khusus untuk memfasilitasi investor. Fasilitas jalan dibangun dengan berorientasi pada jalur distribusi ke dalam dan ke luar Sidoarjo. Sidoarjo akan membuka akses tol di dua titik.
Sebenarnya, dua titik akses tol itu merupakan bagian dari relokasi jalan tol Porong-Gempol yang disusun bersama pemerintah pusat setelah jalur tol tersebut tenggelam lumpur. Jalur tol Waru-Gempol akan direlokasi di sekitar kilometer 35 ke arah selatan. Pembebasan lahan sedang berjalan dengan target pembangunan fisik tuntas pada 2009.
Akses tol baru yang dibuka nanti tepatnya berada di Desa Kesambi, Porong. Jika akses baru itu terbangun, pintu tol Porong yang saat ini berada di kawasan Siring bergeser sekitar 2 kilometer ke arah barat. Di titik tol baru tersebut, akan dibuka interchange.
Menurut Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Bina Marga Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sidoarjo Bambang Joelianto, pembukaan interchange akan jadi akses penting bagi kawasan industri di wilayah timur, selatan, dan barat Sidoarjo. Sebab, jalur itu juga gampang diakses dari kawasan Pasuruan Industrial Estate Rembang (PIER), kawasan Jabon yang juga bakal jadi industrial estate, kawasan Ngoro industri Mojokerto, Krian, hingga ke kawasan industri Driyorejo di Gresik. "Sebagai penunjang, kami juga telah siap meningkatkan sejumlah jalan kolektor untuk fasilitas industri ini," ujar Bambang.
Akses tol kedua adalah interchange di Desa Masangan Wetan, Kecamatan Sukodono. Akses tol tersebut direncanakan untuk memfasilitasi jalur ekonomi dari kawasan utara dan barat. Dari jalan tol Waru, interchange jadi jalur alternatif langsung menuju kawasan Krian dan Driyorejo, Gresik. Titik interchange Sukodono itu juga sangat dekat dengan jalan arteri Taman dan Waru yang selama ini jadi jalur penting industri. "Apalagi jika tol Waru-Mojokerto terwujud, interchange Sukodono itu kian efektif," tambah Bambang.
Selain dua akses tol tersebut, lanjut dia, Pemkab Sidoarjo sudah menganggarkan sejumlah peningkatan jalan kolektor yang terintegrasi. Misalnya, tahun ini Jl Kesatrian, Buduran, akan dilebarkan hingga ke Krian. Jalan itu juga akan terhubung dengan peningkatan jalan lain yang sedang dikerjakan di perempatan Gedangan ke timur menuju Sedati.
Menurut Bambang, pembangunan dan peningkatan fasilitas jalan baru itu sebagian telah dimulai dengan anggaran dari APBD Sidoarjo, khususnya peningkatan jalan kolektor. Anggaran Rp 55 miliar tersebut diarahkan untuk pembangunan kawasan cepat tumbuh.
Pembiayaan pembangunan interchange di Kesambi, Porong, dan Masangan Wetan, Sukodono, telah disepakati dengan biaya APBN. Yaitu, melalui Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS). Sebab, pembangunan tersebut membutuhkan sejumlah pembebasan lahan yang anggarannya cukup besar. "Yang jelas, program itu merupakan prioritas sehingga tidak akan lama direalisasikan. Sebagian sudah kami mulai," ujarnya. (riq/nuq/roz)
No comments:
Post a Comment