Thursday, June 25, 2009

Menanti berkah proyek mercusuar

Berikut adalah artikel lama yang didapat dari berbagai sumber, cukup menarik karena berkaitan dengan perkembangan pembangunan di wilayah Surabaya dan Sidoarjo:

Proyek Mercusuar Blok Cepu
Blok Cepu bakal menjadi andalan produksi minyak mentah Indonesia di masa mendatang, dengan kapasitas produksi 150.000-160.000 barel per hari (bph). Lapangan minyak yang terletak perbatasan Kabupaten Bojonegoro (Jatim) dan Kabupaten Blora (Jateng) tersebut bakal mengalahkan Caltex yang menghasilkan 417.000 bph atau 45 persen dari total produksi Indonesia, serta Pertamina dan anak perusahaannya sebesar 150.000 bph (16,2 persen).

Sebenarnya, Blok Cepu sudah dapat berproduksi saat ini, seandainya tidak ada sengketa penguasaan pada 2002-2003, dan masalah pembebasan lahan. "Akibat itu semua, Cepu baru berproduksi 20.000 bph akhir 2008, dan mencapai 150.000-160.000 bph tahun 2010-2011,"

Tahap Persiapan
Sejak kontrak kerja sama (KKS) Cepu ditandatangani 17 September 2005, proyek eksplorasi minyak Blok Cepu memang belum dimulai. Sampai April 2008 ini baru tahap realisasi pembebasan lahan 10 hektar untuk infrastruktur awal produksi (early production) serta pemasangan peralatan pipa pengolah hasil produksi.

Pengembangan proyek Blok Cepu, menurut DEVA RACHMAN Communication Manager ExxonMobil Oil Indonesia Inc, merupakan proyek menguntungkan bagi Pemerintah Indonesia. Kalau dilihat dari kontraknya, Blok Cepu akan memberikan 85% dari keuntungannya untuk Indonesia.

Berdasarkan perhitungan dalam KKS, Pemerintah Indonesia akan menerima US$4 milyar hingga US$7 milyar (jika harga minyak US$20-US$50 per barel) selama proyek ini berlangsung termasuk pembayaran dari pajak, bonus, obligasi dan pendapatan langsung dari minyak. Sedangkan Pertamina dan 4 BUMD sebagai bagian dari kontraktor proyek ini akan mendapatkan sekiitar US$0,9 milyar hingga US$1,6 milyar (jika harga minyak US$20 – US$50/ barel).

Sementara keuntungan yang diperoleh masyarakat, bisa menikmati program Comdev yang selama ini sudah diberikan Mobil Cepu Ltd (MCL) meski proyek belum berjalan. Disamping itu, MCL mengoperasikan Blok Cepu berdasarkan 3 hal yakni ramah lingkungan, ekonomi dan berwawasan sosial.

Melihat kesiapan yang sudah dilakukan sampai saat ini, DEVA optimis, produksi tahap awal bisa dilakukan akhir 2008. MCL, kemudian melanjutkan produksi hingga target kapasitas penuh 165 ribu barel per hari pada 2010.

Untuk mengembangkan lapangan Banyu Urip, MCL melakukan pembebasan tanah seluas 700 hektare. Saat ini sedang dalam proses pembebasan lahan seluas 10 hektar untuk pembangunan oil production facilities (OPF). DEVA mengakui untuk proses pembebasan tanah membutuhkan waktu lebih lama karena harus negoisasi dengan 3000 orang.

Sosialisasi pembebasan tanah juga dilakukan hingga ke Tuban, untuk kebutuhan pipanisasi sepanjang 73 km dari Bojonegoro hingga bibir pantai Tuban dan 23 km ke floating storage offloading (FSO) di lepas pantai. Selain Banyu Urip, pengembangan Blok Cepu rencananya akan mencapai lapangan lain, yaitu Alas Dara, Kemuning, Jambaran, Cendana, Alas Tua Barat, Alas Tua Timur, dan Kedung Keris.

Dengan berpoduksinya blok Banyu Urip tersebut diharapkan bisa meningkatkan pasokan minyak dalam negeri. Pasalnya, pada 25 tahun mendatang, kebutuhan minyak di Indonesia akan meningkat 2-2,5 kali dari kebutuhan saat ini.

Mampukah Terwujud ?
Proyek Blok Cepu tidak ubahnya seperti harta karun terpendam yang siap digali. Peluang efek domino ekonomi sangat terasa hingga Surabaya. Bahkan sejak proyek Blok Cepu diputuskan oleh pemerintah, sejak awal 2007 lalu, Surabaya kebanjiran kontraktor dan pemasok yang berhubungan dengan proyek Blok Cepu.

Mereka membutuhkan akomodasi di Surabaya dan Sidoarjo utara yang lokasinya mudah diakses dari dan ke Bojonegoro. Peluang ini, juga ditangkap Hotel Aryaduta untuk mengembangkan bisnis hotelnya di Surabaya dengan memilih lokasi di komplek City of Tomorrow (CiTo) Bundaran Tol Waru.

Menurut Chief Operational Officer Hotel Aryaduta yang ditemui, saat berkunjung ke Surabaya, Bojonegoro memiliki proyek minyak terbesar di Indonesia dan tidak akan selesai dikerjakan dalam kurun 30 tahun. Melihat sumbernya cukup besar, tentu ini mengundang banyak kontraktor dan pemasok masuk ke Bojonegoro melalui Surabaya sebagai pintu gerbang. Apalagi saat survei ke daerah proyek, KRISHNADI melihat ketersediaan air trip tapi tidak bisa dilandasi pesawat komersial.

“Ini sebuah peluang karena mau tidak mau, harus tetap melalui Bandara Juanda. Untuk menuju ke Bojonegoro butuh waktu meski sekalipun ada jalan darat tol menuju Bojonegoro atau dari arah sebaliknya. Dengan adanya Aryaduta di bundaran Waru, akan mampu mengakomodasi kebutuhan mereka yang punya kepentingan dengan proyek Blok Cepu baik saat ini maupun di masa-masa mendatang. Mereka tidak mungkin memilih hotel yang berada di pusat kota,” paparnya.

Begitu pula dengan kehadiran ekspatriat yang datang ke Bojonegoro, KRISHNADI memperkirakan sekitar 3000 orang dan mereka tinggal di lokasi proyek. Tapi saat weekend, para ekspatriat akan berlibur dan satu diantara tujuannya ke Surabaya. Berdasarkan pertimbangan dan perhitungan tersebut, Hotel Aryaduta siap mengisi peluang bisnis efek domino dari proyek mercusuar Blok Cepu.

Setiap orang memang berhak mempunyai impian dengan kehadiran proyek mercusuar tersebut. Hanya saja, MCL selaku operator proyek tidak sekadar memberikan program-program Comdev bagi masyarakat saja, atau sosialisasi terhadap pembebasan lahan. Masalah manajemen resiko sebuah proyek mercusuar seperti halnya proyek Blok Cepu, perlu juga disampaikan ke masyarakat. Sebab ini bagian terpenting pula, sehingga proyek berjalan secara transparan, akuntabilitas terjaga dan keamanan proses produksi terjamin.

Sebagus apapun sebuah proyek dirancang dan dipersiapkan, apalagi terkait dengan eksplorasi sumber daya alam, resiko tetap ada. Namun jika manajemen resiko sudah disiapkan secara matang dan disampaikan ke masyarakat, resiko yang muncul bisa ditekan seminimal mungkin bahkan bisa dihindari.

Dengan demikian, impian masyarakat, pemerintah, pebisnis termasuk investor terkait, bisa terakomodasi secara maksimal dan eksplorasi benar-benar memberikan keuntungan dan bukan menjadi sebuah penderitaan.

Bagaimana dengan blok Brantas? khususnya Lapindo, apakah juga menyimpan potensi besar seperti blok Cepu? mari kita tunggu.

No comments: