Thursday, February 19, 2009

Mengatasi Kecenderungan Anak Berbohong

Mengetahui bahwa anak kita melakukan kebohongan memang sering membuat orang tua merasa khawatir. Kita khawatir jika sifat berbohongnya itu menjadi sesuau kebiasaan yang terbawa hingga besar. Mengatasi perilaku buruk anak haruslah dengan cara yang tepat sesuai dengan usianya dan sangat tepat jika dilakukan sedini mungkin. Perkembangan otak anak baru sempurna terbentuk pada usia 7 tahun. Artinya selama proses terbentuknya otak yang sempurna itu maka anak akan sering sekali melakukan banyak kesalahan sebagai proses belajarnya. Sehingga anak dibawah usia 7 tahun memang belum pantas untuk kemudian menerima terlalu banyak omelan bahkan hukuman fisik, karena belum sempurnanya fungsi dari otaknya tersebut. Masih banyak cara yang lebih efektif untuk Berikut adalah tips untuk mengatasi kecenderungan anak berbohong, antara lain:

1.Orang Tua Intropeksi
Sebelum mengarah kepada bagaimana melakukan perbaikan pada anak mungkin akan lebih bijaksana jika orang tua melakukan intropeksi diri terlebih dahulu. Perhatikan bagaimana sikap kita selama ini ketika merespon kesalahan anak. Apakah kita berespon berlebihan sehingga menimbulkan rasa takut anak ataukah kita dapat mengendalikan diri dalam meresponnya. Anak suka berbohong antara lain karena perasaan takut jika berkata jujur maka orang tuanya akan sangat marah. Akhirnya sebagai bentuk sikap membela diri (defensif ) dia berusaha berbohong. Rubahlah respon atau sikap kita jika memang membuat anak suka bebohong.

2. Cari tahu sumber perilaku tersebut
Selidiki darimana sikap tersebut munculnya, apakah dari kita sendiri orang tua ataukah pengaruh lingkungan / teman. Jika dari kita maka kita sebagai orang tua harus bisa merubah diri agar menjadi tauladan baik bagi anak, sedangkan jika dari lingkungannya maka carilah lingkungan yang baik yang sekiranya dapat menetralisir pelajaran negatif yang telah diterimanya tersebut bahkan kalau perlu pilihkan teman main yang lebih terjaga perilakunya.


3. Ungkapkan pada anak bahwa perilaku tersebut tidak dapat diterima
Jelaskan langsung pada anak bahwa sifatnya yang suka berbohong itu tidak dapat diterima oleh keluarga maupun lingkungan diluar. Tanamkan rasa takut kepada Allah dan beritahu padanya tentang konsekuensi dan keburukan dari sifat berbohong. Mungkin orang tua dapat kreatif membuat cerita/ dongeng pada anak yang menunjukkan betapa berharganya kejujuran dan tercelanya kebohongan.


4. Metode pendekatan positif
Kita sebaiknya mulai lebih cermat dalam menangkap perilaku baik anak yang bertentangan dengan perilaku buruknya dan berusaha meresponnya secara positif sesegera mungkin. Misalnya : ketika anak berbicara jujur maka segeralah kita menunjukkan perhatian terhadap perbuatannya tersebut sehingga anak merasa dihargai dengan perhatian tersebut, misalnya dengan pelukan sayang dan berkata "adik, mama senang sekali mendengar adik berbicara jujur seperti itu".Lakukan ini sesering mungkin setiap anak melakukan perbuatan jujur tersebut.

5. Menetapkan hukuman yang disepakati bersama

Anak tetap harus diajarkan tentang konsekuensi dari perbuatan. Sepakatilah dengan anak anda hukuman apa yang akan diterima anak jika ternyata dia berbohong lagi.Melibatkan anak akan hukuman yang akan diterimanya akan membuat dia merasa dihargai dan lebih termotivasi untuk mentaatinya. Jika anak melanggar maka langsung berikan konsekuensi hukumannya dan harus konsisten, tidak membatalkan atau menundanya. Walapun anak menangis tetap jalankan hukuman yang telah disepakati. Namun harus diingat dalam menjalankan hukuman tersebut orang tua tidak boleh emosi atau marah-marah. Kendalikan diri kita dan biarkan anak tahu bahwa dia dihukum karena perbuatannya dan bukan karena emosi yang ada pada kita.

6. Tetap jaga citra diri positif anak
Walaupun anak berlaku buruk janganlah kemudian kita mencap negatif dirinya seperti mengatakan 'anak bandel' atau anak 'nakal'. Bedakan antara prilaku dan pribadi. Yang kita kritik adalah prilakunya (berbohong) dan bukan pribadi anak. Dengan demikian kita tetap menjaga harga diri dan citra diri positif anak.


sumber: www.familyeducation.com

No comments: